Dampak Beban Kerja Coder yang Tinggi Terhadap Ketidakakuratan Kode Diagnosis
DOI:
https://doi.org/10.33560/jmiki.v8i1.252Keywords:
beban, kerja, keakuratan, kode, diagnosisAbstract Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi merupakan rumah sakit terakreditasi Paripurna. Berdasarkan berdasarkan hasil survei pendahuluan terhadap 10 dokumen rekam medis di bangsal Melati menunjukkan bahwa 40% tidak akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja coder dengan keakuratan kode diagnosis pada pasien rawat inap bangsal melati di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi  tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 99 dokumen rekam medis rawat inap bangsal Melati dengan teknik pengambilan sampel proportionate stratified random sampling. Pengelolaan data dengan collecting, editing, coding, classification, tabulating, analisis dan penyajian data. Persentase beban kerja rendah sebesar 60% (59 dokumen) sedangkan yang beban kerja tinggi sebesar 40% (40 dokumen). Persentase keakuratan kode bangsal Melati 59% (58 dokumen) sedangakan ketidakakuratan sebesar 41% (41 dokumen). Data tersebut diolah dengan menggunakan uji statistik chi square dan menunjukkan bahwa p=0,01 sehingga p<0,01. Kesimpulan yang diambil adalah Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara beban keja coder dengan keakuratan kode diagnosis pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2018. Saran bagi rumah sakit sebaiknya merencanakan dan menganalisis beban kerja coder di masing-masing bangsal.
Downloads
References
Abiyasa MT, Ernawati D, Kresnowati L. (2012). Hubungan antara Spesifitas Penulisan Diagnosis terhadap Akurasi Kode pada RM 1 Dokumen Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Semarang. Jurnal Visikes. 11(2): 99-104.
Arifianto E, Kresnowati L, Ernawati D. (2011). Keakuratan Kode Diagnosa Utama Dokumen Rekam Medis pada Kasus Partus dengan Sectio Cesarean di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum. Jurnal Visikes. 10(2): 84-88.
Cheng P, Gilchrist A, Robinson KM, Paul L. (2009). The Risk and Consequences of Clinical Miscoding Due to Inadequate Medical Documentation: A Case Study of The Impact on Health Services Funding. HIMJ. 38(1): 35-46.
Cummings E, Maher R, Showell CM, Croft T, Tolman J, Vickers J, Stirling C, Robinson A, Turner P. (2011). Hospital Coding of Dementia: Is It Accurate. Health Information Management Journal. 40(3): 5-11.
Dalal S, Roy B. (2009). Reliability of Clinical Coding of Hip Fracture Surgery: Implications for Payment by Results. International Journal Care Injured. 40 (1): 738-741.
Farzandipour M, Sheikhtaheri A, Sadoughi F. (2010). Effective Factors on Accuracy of Principal Diagnosis Coding Based on International Classification of Diseases, The 10th Revision (ICD-10). International Journal of Information Management. 30: 78–84.
Hatta, G.R. (2014). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.
Ifalahma D. (2013). Hubungan Pengetahuan Coder dengan Keakuratan Kode Diagnosis Pasien Rawat Inap Jaminan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan ICD-10 Di RSUD Simo, Boyolali. Jurnal INFOKES. 3(2): 14-26.
Karimah RN, Setiawan D, Nurmalia PS. (2016). Analisis Ketepatan Kode Diagnosis Penyakit Gastroenteritis Acute Berdasarkan Dokumen Rekam Medis di Rumah Sakit Balung, Jember. Journal of Agromedicine and Medical Sciences. 2(2): 12-17.
Kasim, F. (2011). Sistem Klasifikasi Utama Morbiditas dan Mortalitas. Jakarta: UI Press
Maryati, W., Murti, B., Indarto, D. (2016). Factors Affecting the Quality of Diagnosis Coding and Medical Record at Dr. Moewardi Hospital, Surakarta. Journal of Health Policy and Management, 1(2): 61-70.
Maryati, W., Rahayuningrum, I.O., Justika, A.I. (2019). Quality of medical information determine the quality of diagnosis code. International Journal of Public Health Science, 8 (3) : 326-331.
Menteri Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Kompetensi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Jakarta : Menkes RI.
Moekijat. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Mandar Maju.
Octaria, H. (2017). Hubungan Beban Kerja Coder dengan Keakuratan Kode Diagnosa Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Syarifa Pekanbaru. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 5 (1) : 92-95.
Pujihastuti A, Sudra RI. (2014). Hubungan Kelengkapan Informasi dengan Keakuratan Kode Diagnosis dan Tindakan pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. 3(1): 60-64.
Rahayu H, Ernawati D, Kresnowati L. (2011). Akurasi Kode Diagnosis Utama pada RM 1 Dokumen Rekam Medis Ruang Karmel dan Karakteristik Petugas Koding Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus Periode Desember 2009. Jurnal Visikes. 10(1): 1-5.
Republik Indonesia. (2009). Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Republik Indonesia.
Rohman H, Hariyono W, Rosyidah. (2011). Kebijakan Pengisian Diagnosis Utama dan Keakuratan Kode Diagnosis pada Rekam Medis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal KESMAS. 5(2): 162-232.
Sarwastutik. (2013). Tinjauan Keakuratan Kode Diagnosis pada Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Inap dengan Kondisi Utama Typhoid Fever Berdasarkan ICD-X di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu. Jurnal INFOKES. 3(2): 8-13.
Seruni FDA, Sugiarsi S. (2015). Problem Solving Cycle Swot Keakuratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri pada Lembar Masuk dan Keluar (RM 1a) Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Sayidiman Magetan. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. 3(2): 5-13.
Sudra, R.I. (2014). Rekam Medis. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Thigpen JL, Pharm, Dillon C, Forster KB, Henault L, Quinn EK, Tripodis Y, Berger PB, Hylek EM, Limdi NA. (2015). Validity of International Classification of Disease Codes to Identify Ischemic Stroke and Intracranial Hemorrhage Among Individuals with Associated Diagnosis of Atrial Fibrillation. Circ Cardiovasc Qual Outcomes. 8(1): 8–14.